BESAUM KE PENEMU NGEMANSANG KE MENUA BALA KABAN KITAI KETUNGAU NYADI KESUTIK TUJU

Selasa, 09 Februari 2010

Sekilas Kalimantan Barat

Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Secara geografis, Provinsi Kalimantan Barat terletak di antara 108° BT hingga 114° BT, dan antara 2°6LU hingga 3°5LS. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146,807 km2 (7,53% luas Indonesia), merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.
Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan. Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2000 berjumlah 4.073.430 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvemement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residents, salah satu diantaranya adalah Residentie Westerafdeeiing Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Iklim di kalimantan barat adalah tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0 kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%
Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh aneka ragam suku bangsa. Suku bangsa mayoritasnya yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa, yang jumlahnya melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat juga suku-suku bangsa lain, antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Batak, dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat pula bahasa-bahasa daerah yang juga banyak dipakai seperti Bahasa Melayu, beragam jenis Bahasa Dayak. Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka.
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat terdiri atas beberapa jenis, antara lain Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Sanggau dan Bahasa Melayu Sambas. Bahasa Melayu Pontianak sendiri memiliki logat yang hampir mirip dengan bahas Melayu Malaysia dan Melayu Riau. Mayoritas penduduk Kalimantan Barat memelukagama Islam (57/6%),Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), dan lain-lain (1,7%).
Perekonomian
Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat diantaranya adalah padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan diantaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dan lain-lain.
Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,26% (y-o-y), jauh melambat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 6,62%. Perlambatan ini merupakan rangkaian dampak krisis keuangan internasional yang ditransmisikan melalui penurunan ekspor komoditas pertanian Kalimantan Barat. Nilai ekspor non-migas Kalimantan Barat menurun drastis dari USD169,S juta pada triwulan III-2008 menjadi hanya sebesar USD81,5 juta pada triwulan III-2009.
Belum pulihnya sektor pertanian yang merupakan gantungan sebagian besar rumah tangga di Kalimantan Barat membuat konsumsi rumah tangga yang merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi sisi permintaan hanya mampu tumbuh sebesar 5,68%, jauh di bawah pertumbuhan triwulan III-200S yang sebesar 7,67%. Indikasi melemahnya konsumsi rumah tangga ini antara lain adalah turunnya pertumbuhan kredit konsumsi dan realisasi pembelian kendaraan bermotor serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang memburuk.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah dan investasi yang diharapkan mengambil peran lebih banyak belum menunjukkan perkembangan kinerja yang signifikan. Hingga bulan September 2009 realisasi belanja APBD Kalimantan Barat baru mencapai 61%, lebih rendah dibanding pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar 71%. Investasi yang mulai menggeliat .dan tumbuh hingga 4,18% (y-o-y) juga belum cukup mampu menggantikan peran konsumsi rumah tangga sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat. Peningkatan investasi yang ditopang dengan realisasi kredit investasi perbankan yang hingga September 2009 tumbuh 18,01%, hampir dua kali lipat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya, merupakan sinyal positif bagi proses pemulihan ekonomi Kalimantan Barat.
Perlambatan sisi permintaan selanjutnya membentuk respon sisi penawaran yang juga kurang optimal. Dari sembilan sektor di sisi penawaran, hanya dua sektor yang tumbuh meningkat, yakni sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Tujuh sektor lainnya tumbuh melambat dibanding kinerja tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami penurunan kinerja terdalam adalah sektor pertanian. Mengingat sekitar 70% persen rumah tangga di Kalimantan Barat menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, penurunan ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Kalimantan Barat secara keseluruhan.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat ternyata tidak mengendurkan tekanan harga pada triwulan in-2009. Secara tahunan inflasi justru meningkat menjadi 5,20% (y-o-y), jauh lebih tinggi dari inflasi tahunan nasional pada periode yang sama yang sebesar 2,38%. Secara triwulanan dan bulanan, inflasi Kalimantan Barat cenderung meningkat dan berada di atas level inflasi nasional. Faktor utama adalah tekanan harga pada laporan triwulan adalah naiknya konsumsi rumah tangga selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
Komoditas perkebunan yang utama di Provinsi Kalimantan Barat adalah Kelapa sawit dan karet. Kedua komoditas ini ada di hampir seluruh kabupaten di Kalimantan Barat dengan luas lahan potensi untuk kelapa sawit sebesar 1,5 juta hektar dan untuk karet sebesar 1 juta hektar. Saat ini luas lahan yang sudah diusahakan baru seluas 336 ribu ha untuk komoditas kelapa sawit dan 464 ribu ha untuk komoditas karet. Untuk mendukung pengembangan komoditas kelapa sawit, saat ini sudah ada 14 unit pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas terpasang sebesar 665 ton Tebas Buah Sawit (TBS)/jam dan kapasitas terpakai baru sebesar 523 ton TBS/jam. Sedangkan untuk pabrik pengolahan crumb rubber yang ada di Kalimantan Barat sebanyak 8 unit dengan kapasitas terpasang sebesar 229 ribu ton dan kapasitas terpakai baru 114 ribu ton.
Hasil utama untuk tanaman pangan di Kalimantan Barat meliputi lidah buaya, jagung, jeruk dan padi. Di bidang peternakan yang sangat potensial untuk dikembangkan saat ini adalah peternakan ayam ras dan penggemukan sapi. Dengan pangsa pasar yang cukup besar, kedua jenis peternakan ini sangat menjanjikan untuk dapat dikembangkan.
Pulau Kalimantan yang terkenal akan hasil hutannya terutama kayu, walaupun akhir-akhir ini agak meredup karena praktek illegalloggingyang menyebabkan kerusakan hutan, namun secara umum sektor ini masih menjanjikan untuk dikembangkan terutama untuk Hutan Tanaman Industri (HTI). Walaupun sampai sant ini masih belum dalam tahap penelitian dan teridentifikasi, namun potensi pertambangan di Provinsi Kalimantan Barat sangat besar terutama untuk pertambangan bauksit, pasir kuarsa, batu bara, kaolin, emas, granit, pasir sikon, dan gambut.